KYAI KADILANGU



https://drive.google.com/file/d/17sPSpwKXizbGW3cG6AudwsvC5PHKHCPm/view?usp=drivesdk

 A. Profil Singkat

Terdapat kisah nyata rumah kuno yang berada di dalam pegadaian. Rumah tersebut sering dihuni oleh orang namun yang menghuni rumah tersebut menjadi sakit-sakitan sampai ada yang meninggal. Pada tahun 1960 an ada satu keluarga kecil yang beriman tidak percaya dengan adanya kejadian itu. Keluarga itu tinggal di luar area Pegadaian. Seorang ibu yang bernama ibu Kosiyah dia sedang menyusui anaknya dimalam hari. Pintu kamarnya tertutup dan tidak ada orang. Namun, pintu itu membuka dan menutup sendiri, tiba-tiba muncul bayangan seseorang yang pakaiannya menyerupai pangeran Diponegoro. Ibu tersebut tidak melihat wajahnya namun mendengar suaranya dan berpesan "nak ngaliyo ojo ning kene, mengko ndak koyo koncone seng uwes" (nak pindah aja jangan di sini, nanti ikut meninggal) ibu tersebut menceritakan kepada keluarga lalu pindah.

Konon katanya adanya sebuah Desa Tlangu diambil dari seorang Kyai yang bernama Kadilangu. Kyai Kadilangu merupakan pengikut pemimpin pemimpi Pangeran Diponegoro. Kalau orang dari Yogyakarta ingin pergi ke Sukorejo dia menamakan "aku arep ning tlangu" . Kyai Kadilangu ini meninggal saat penjajahan Belanda. Beliau meninggal dikarenakan menentang peraturan Belanda. Kyai Kadilangu ini dibunuh dengan cara dipotong potong bagian tubuhnya. Kyai Kadilangu dimakam kan di PT Pegadaian (Persero) UPC, Jl. Raya Sukorejo No. 3, Kendal, Jawa Tengah. Sampai sekarang makamnya masih ada.

B. Asal – Usul Desa Tlangu – Sukorejo 

Dahulu kala kota Sukorejo adalah salah satu hutan belantara yang keadaannya tenang tenteram dan damai. Di situ terdapat sekelompok keluarga kecil yang hidup secara sederhana diwilayah Sukorejo bagian timur. Dulu namanya belum desa hanya sekedar kampung yang bernama Tlangu. (RT 4 RT 6 Tlangu Timur)Asal-usul Tlangu itu dari kata Kadilangu, karena lidah orang Jawa membiasakan singkatan dan memudahkan perkataan yang tadinya Kadilangu menjadi Tlangu. 

Tempat tinggal sekecil itu lama-lama berkembang melebar dan meluas karena banyak pendatang khususnya pendatang-pendatang yang tidak mau bergabung atau tidak mau menjadi jajahan bangsa Belanda. Yaitu khususnya dari daerah pasar gede yang sekarang bernama kota gede. kelompok orang-orang itu dari kampung atau tempat tinggal mereka yang bernama sebelah barat kali gajah wong.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TRADISI RUWAT ANAK TUNGGAL